LOADING

Type to search

Mudah Lemas? Hati-hati Penyakit Autoimun! Kenali Gejala dan Tandanya!

Fenomena Keseharian

Mudah Lemas? Hati-hati Penyakit Autoimun! Kenali Gejala dan Tandanya!

Share

Apakah kamu sering merasa pegal-pegal, pusing, kelelahan, demam atau nyeri otot? Sebaiknya kamu harus mulai lebih perhatian pada tubuh kamu tuh! Karena bisa saja itu adalah tanda-tanda kamu terkena penyakit autoimun. Ketika tubuh sering merasa kelelahan, pegal-pegal, pusing, nyeri otot dan demam ringan, jangan sampai diremehkan ya. Karena mungkin kamu merasa hal itu adalah biasa yang kamu alami sehari-hari akibat berkegiatan. Tapi bisa saja itu adalah gejala dari penyakit autoimun. 

Penyakit autoimun adalah suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh secara keliru atau salah menyerang sel baik di dalam tubuh. Sistem kekebalan biasanya menjaga tubuh dari kuman seperti bakteri dan virus, juga dapat membedakan mana sel asing dan mana sel sehat yang ada di dalam tubuh, dan dia akan menyerang sel asing yang masuk ke dalam tubuh.

Nah, pada penyakit autoimun, tubuh menciptakan autoantibodi yang melepaskan protein dan menyerang sel-sel sehat secara tidak sengaja. Perlu diketahui juga, penyakit autoimun ini hanya menyerang atau menargetkan satu organ tubuh saja, lho! Bagian-bagian tubuh yang terpengaruh, tergantung dari jenis penyakit autoimun itu sendiri. Untuk jenis autoimun yang sudah dikenal pun ada lebih dari 80 jenis.

Sebenarnya dokter tidak mudah untuk mendiagnosis penyakit autoimun. Meski setiap penyakit autoimun memiliki ciri khas, namun gejala yang muncul bisa saja sama. Dokter akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui apakah seseorang terserang penyakit autoimun, di antaranya dengan tes ANA (antinuclear antibody) dan tes untuk mengetahui peradangan yang mungkin ditimbulkan penyakit autoimun.

Untuk gejalanya sendiri pun datang dan pergi, atau terkadang terasa ringan dan berat. Periode gejala ini disebut flare-up. Masa ketika gejalanya hilang disebut remisi, sedangkan flare adalah sebutan ketika timbulnya gejala yang tiba-tiba dan parah. 

Gejala awal dari penyakit autoimun adalah kelelahan, otot pegal, bengkak dan kemerahan, demam ringan, kesulitan berkonsentrasi, mati rasa hingga kesemutan di tangan dan kaki, rambut rontok serta ruam kulit. Pada penyakit spesifik memiliki gejala yang berbeda, misalnya diabetes tipe 1 yang menyebabkan rasa haus yang ekstrem atau berlebihan, penurunan berat badan, kelelahan, sakit perut, kembung, dan diare.

Penyakit autoimun bisa menyerang siapa saja. Tapi, orang-orang yang rentan pada penyakit akan berisiko lebih besar terserang. Kebanyakan penyakit autoimun juga lebih umum terkena pada wanita daripada pria. Penyakit autoimun terjadi ketika respons terhadap antigen sendiri yang melibatkan sel limfosit yaitu sel T dan sel B atau autoantibodi yang gagal secara sistemik atau terhadap organ tertentu. 

Pemahaman tentang penyakit autoimun terhalang oleh fakta, bahwa beberapa tingkat autoimunitas dalam bentuk autoantibodi yang terjadi secara alami, serta sel T dan B reaktif diri, yang bisa muncul pada semua orang normal. Menurut sebuah studi pada tahun 2014, wanita yang terkena penyakit autoimun memiliki rata-rata sekitar 2 banding 1. Jika dibandingkan dengan pria, yaitu 6,4 persen wanita dan 2,7 persen pria. Seringkali penyakit ini dimulai selama masa subur seorang wanita pada usia 15 sampai 44 tahun.

Beberapa penyakit autoimun lebih sering terjadi pada kelompok etnis tertentu. Misalnya, lupus yang banyak mempengaruhi orang Afrika-Amerika dan Hispanik daripada Kaukasia. Penyakit autoimun tertentu, seperti multiple sclerosis dan lupus, menurun  atau menular dari gen keluarga. Tapi tidak setiap anggota keluarga memiliki penyakit yang sama ya, mereka hanya mewarisi kerentanan terhadap kondisi autoimun.

Karena penyakit autoimun ini meningkat, para peneliti menduga faktor lingkungan seperti infeksi dan paparan bahan kimia atau pelarut juga mungkin bisa terlibat. Sebagai contoh, Western Diet adalah faktor risiko lain yang dicurigai mengembangkan penyakit autoimun. Seperti makan makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan makanan cepat saji dianggap dapat menyebabkan peradangan, yang mungkin memicu respons kekebalan. Tapi lagi-lagi, ini masih belum terbukti ya.

Sampai akhirnya sebuah studi di tahun 2015, berfokus pada teori lain yang disebut hipotesis kebersihan. Dengan penggunaan vaksin dan antiseptik, anak-anak saat ini tidak terkena kuman sebanyak mereka di masa lalu. Walaupun begitu, para peneliti masih belum tahu persis apa yang menyebabkan penyakit autoimun dan terus melakukan penelitian. Bisa saja autoimun disebabkan karena genetika, diet, infeksi, paparan sinar matahari atau paparan bahan kimia.

Kalau kamu merasakan gejala yang sama dengan penyakit autoimun kamu dapat bertanya ke dokter. Walaupun mungkin sedikit sulit memilih perawatan kesehatan di antara banyaknya dokter dan spesialis. Tetapi dengan konsultasi ke dokter, mungkin dapat membantu dalam menangani beberapa gejala penyakit autoimunmu. Kalau kamu memiliki dokter keluarga, mereka juga dapat membantu mengkoordinasikan perawatan jika memang perlu menemui satu atau lebih dokter spesialis.

 Kebanyakan dari penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, namun gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul flare. Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Untuk mengatasi nyeri, penderita bisa mengkonsumsi aspirin atau ibuprofen.

Tapi ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan setiap hari untuk menjaga imun kamu lebih baik loh.

  1. Makan makanan yang sehat dan seimbang. Pastikan untuk memakan buah-buahan dan sayuran, biji-bijian utuh, produk susu bebas lemak atau rendah lemak, dan sumber protein tanpa lemak. Sekalius batasi lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, garam, dan gula tambahan juga ya. Jika kamu mengikuti cara makan sehat, pastinya kamu akan mendapatkan nutrisi yang kamu butuhkan dari makanan.
  2. Jangan lupa untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang teratur. Tapi tetap jangan sampai berlebihan. Tanyakan pada dokter kamu tentang jenis aktivitas fisik apa yang sebaiknya dilakukan. Program latihan pun bertahap dan menggunakan gerakan yang tenang seperti yoga dan tai chi, juga bermanfaat untuk orang yang memiliki nyeri otot dan persendian.
  3. Istirahat yang cukup. Istirahat memungkinkan jaringan dan persendian tubuh dapat diperbaiki sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Tidur adalah cara yang tepat untuk membantu tubuh dan pikiran kita. Kalau merasa tidak cukup tidur, tingkat stres dan gejala bisa menjadi lebih buruk, lho! Kamu tidak dapat melawan penyakit saat kamu kurang tidur. Ketika cukup istirahat, kamu dapat mengatasi masalah dengan lebih baik dan menurunkan risiko penyakit. Kebanyakan orang membutuhkan setidaknya 7 hingga 9 jam tidur setiap hari untuk merasa cukup istirahat.
  4. Mengurangi stres. Stres dan kecemasan dapat memicu timbulnya gejala dengan beberapa penyakit autoimun. Jadi cobalah temukan cara untuk menyederhanakan hidup dan mengatasi stres sehari-hari agar membantu tubuhmu merasa lebih baik. Meditasi dan self-hypnosis adalah teknik relaksasi sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi stres, mengurangi rasa sakit, dan menangani rasa cemas dan depresi loh!
  5. Mendengarkan musik favorit yang dapat menenangkan. Cobalah dengarkan musik dengan berbaring di kursi atau sofa favorit selama 15 menit. Jika kamu sedang bekerja, duduk dan bersantailah di kursi sejenak. Tutup matamu dan bayangkan rasa sakit atau ketidaknyamanan itu kamu hancurkan.

Itu dia penjelasan mengenai penyakit autoimun. Mulailah menjaga kesehatan dengan makan makanan sehat, berolahraga, istirahat yang cukup, dan selalu menjaga kebersihan ya. Terutama di hari-hari ini dimana virus covid-19 masih mewabah di hampir seluruh belahan dunia. Tapi tetap untuk tidak panik berlebihan dan lakukan tips-tips di atas agar kamu tetap sehat dan daya tahan tubuhmu lebih kuat.

 

Dapatkan informasi mengenai kesehatan tubuh dan kesehatan mental dengan sumber informasi yang dapat dipercaya di SKWAD Health!

Subscribe YouTube Channel SKWAD Health Sekarang!

 

Written by: ANJANI EKA LESTARI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *