Inner Child: Masa Kini yang Terjebak dalam Masa Lalu
Share

Apakah kalian pernah mendengar istilah inner child? Mungkin bagi sebagian orang istilah ini terdengar asing, namun bisa saja mereka memilikinya. Inner child merupakan sisi kekanak-kanakan dalam diri seseorang. Inner child biasanya terbentuk dari peristiwa yang telah terjadi atau dialami saat masih anak-anak kemudian terbawa hingga dewasa. Sebagai contoh, ada seorang pria dewasa yang sangat menyayangi ibunya sejak ia kecil. Lalu ketika dewasa, ia akan memilih pasangan hidup yang memiliki standar seperti ibunya. Tidak hanya itu, banyak contoh inner child pada diri seseorang yang disadari maupun tidak.
Bagi sebagian orang, inner child dianggap sesuatu yang memalukan. Karena itu banyak orang membantah bahwa sikap yang ada dalam dirinya bukan termasuk inner child, melainkan komitmen hidup yang mereka pegang. Tapi faktanya, kita tidak bisa mengelak bahwa kita semua pernah menjadi anak-anak, dan jiwa anak-anak itu masih tinggal di dalam diri kita. Meski kebanyakan orang tidak menyadarinya. Jenis inner child sendiri terbentuk sesuai dari apa yang kita alami saat kecil. Misalnya, sejak kecil kamu sudah diajarkan jika menginginkan suatu barang, kamu harus membelinya sendiri dan menabung dari uang jajan kamu. Akhirnya kebiasaan menabung itu terbawa hingga dewasa.
Lain halnya jika kamu mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan atau traumatis, dan membuat inner childmu terluka. Hal itu dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental mu hingga kamu dewasA. Beberapa kejadian emosional saat kecil yang dapat melukai inner child di antaranya adalah kehilangan orang tua, kekerasan fisik, pelecehan seksual, penyakit serius, intimidasi yang parah, bencana alam, perpisahan keluarga, dan masih banyak lagi.
Tanda seseorang dengan inner child yang terluka dapat terlihat melalui beberapa hal. Diantaranya adalah sulit percaya pada orang lain, tidak percaya diri, mudah marah dan tersinggung, juga cemas yang berlebihan. Selain itu, jika luka pada inner child terus dibiarkan dan tidak berusaha disembuhkan, akan menimbulkan tindakan-tindakan yang lebih serius.
1. Pertama, Sabotase diri
Orang yang inner child nya terluka bisa jadi tidak percaya akan dirinya dan kemampuannya. Jika dibiarkan, akan berujung pada tindakan sabotase diri, yaitu tindakan yang menghalangi dan merusak niat diri sendiri untuk mencapai kesuksesan. Misalnya seseorang ketika kecil, kalah dalam perlombaan. Lalu kedua orang tuanya memaki dan memukulinya. Ketika dewasa, orang tersebut mudah merasa takut untuk mencoba mencapai tujuannya. Hal ini karena ia merasa dirinya akan gagal dan bisa saja menerima ganjaran yang sama.
2. Kedua, Melukai diri sendiri
Salah satu tindakan yang bisa dilakukan seseorang yang memiliki luka pada inner childnya adalah melukai diri sendiri atau self-injury. Hal ini dapat terjadi ketika mereka tidak bisa mengontrol dirinya saat trauma masa lalu muncul, lalu mencari pelampiasan dengan cara menyakiti dirinya sendiri. Bagi orang yang menyakiti dirinya sendiri, ia mungkin akan merasakan sensasi ketenangan dan kepuasan yang sifatnya sementara. Padahal tindakan ini adalah tindakan yang membahayakan diri sendiri
3. Ketiga, Melakukan tindak kekerasan
Seseorang bisa saja memiliki kepribadian yang keras karena inner child yang terbentuk dari trauma masa lalu. Misalnya seorang anak yang suka melihat orang tuanya bertengkar hingga melakukan physical abuse, atau bahkan dia sendiri juga mengalami physical abuse. Bisa jadi saat dewasa, trauma itu malah membentuk karakternya untuk melakukan physical abuse pada orang lain sebagai bentuk pelampiasan dari rasa sakit yang ia rasakan saat kecil.
4. Keempat, Menjadi orang yang pasif agresif
Pasif agresif adalah cara seseorang untuk menyampaikan kekecewaan atau rasa marah secara tersirat atau tidak langsung. Hal ini terjadi karena rasa takut untuk mengungkapkan emosi negatif secara langsung. Misalnya seorang anak yang malah dimarahi oleh gurunya, saat melaporkan teman yang telah mengganggunya. Kejadian itu pun menimbulkan luka pada inner child nya, dan saat dewasa ia tidak berani mengungkapkan kekesalan atau amarah yang ada dalam dirinya. Tentunya perilaku pasif agresif bukanlah hal yang baik, bahkan pasif agresif masuk dalam satu masalah gangguan kepribadian.
Nah, itu dia beberapa tanda dari inner child yang terluka akibat trauma masa lalu yang masih tersimpan hingga dewasa. Apakah kamu memiliki inner child? Jika iya, inner child seperti apakah yang kamu miliki?
Dapatkan informasi mengenai kesehatan tubuh dan kesehatan mental dengan sumber informasi yang dapat dipercaya di SKWAD Health!
Subscribe YouTube Channel SKWAD Health Sekarang!
Written by: ANJANI EKA LESTARI